Hello Kitty Touching Lip

Andi Nurul Mutmainnah: Cerpen tentang 'Sahabat" dan nilai kandungannya

Kamis, 04 April 2013

Cerpen tentang 'Sahabat" dan nilai kandungannya



“SAHABAT”
Sore hari saat aku selesai mandi tiba-tiba ada seseorang memanggil namaku. Aku melihat keluar, Chaca temanku sudah menunggu diluar rumahku dia mengajakku untuk bermain bulu tangkis,
”ayo kita ke lapangan”ajaknya padaku.
”sekarang”tanyaku,
”besok !! ya sekarang”jawabnya,
”sebentar yah aku ambil raket dulu”
”iya,tapi cepat ya”pintanya
Setelah aku mengambil raket kita pun berangkat ke lapangan yang tidak jauh dari rumahku,sesampaiku di sana terlihat sangat ramai banyak yang bermain bulu tangkis,,
“ramai sekali pulang aja,malas nih kalau ramai”ajakku padanya
“Ah! Dasar kamu aja yang malas ngajak pulang !!”,”kita ikut saja main dengan orang-orang yang ada di sini”paksanya
“malas ah!!kamu aja sana aku tunggu di sini nanti aku nyusul”jawabku malas,
“terserah kamu aja deh”jawabnya sambil berlari kearah orang yang sedang bermain bulu tangkis
“Nurul!!”seseorang yang memanggil namaku,aku langsung mencari siapa yang mencariku,tiba-tiba seorang perempuan menghampiriku dengan tersenyum manis”
“seperti aku mengenalnya,setelah dia mendekatiku aku baru ingat,Sasa!!”Tanya dalam hati penuh keheranan
Sasa adalah teman satu sd denganku dulu kami sudah tidak pernah bertemu lagi sejak kami lulus 3 Tahun yang lau,bukan hanya itu Sasa juga pindah ke Jakarta ikut orang tuanya yang bekerja di sana,
“Hai!!masih ingat aku nggak?”Tanyanya padaku
“Sasa kan?”tanyaku padanya
“Yupzz!”jawabnya sambil tersenyum padaku
Setelah kami mengobrol tentang kabarnya kami pun memanggil Chaca
“Cha,sini!!”panggilku pada Chaca yang sedang asyik bermain bulu tangkis
“apa lagi?”tanyanya padaku dengan malas
“ada yang datang “ jawabku
“siapa?”tanyanya lagi
“Sasa”jawabku dengan sedikit teriak karena di lapangan sangat berisik
“siapa? Nggak kedengaran?”katanya
“sini aja dulu kamu pasti senang”jawabku
Akhirnya Chaca pun datang menghampiri aku dan Sasa Dengan heran ia melihat kearah kami. Ketika ia sampai dia heran melihat Sasaa yangtiba-tiba menyapanya   
“Sasa” tanyanya sedikit kaget melihat Sasa yang sedikit berubah
“kenapa kok tumben ke Makassar? kangen yah ?”Tanya Chaca pada Sasa
“Ye GR dia tuh kesini mau ketemu aku” jawabku sambil menatap wajah Sasa yang sudah berbeda dari 3 tahun lalu
“bukan,aku aku kesini mau jenguk nenekku.” jawabnya.
“yah,, nggak kangen dong sama kita”Tanya Chaca sedikit lemas
“Ya kangen dong kalian kan sahabat ku.” jawabnya dengan senyumnya yang manis.
Akhinya Sasa mengajak kami kerumah neneknya. Kami berdua langsung setuju dengan ajakan Sasa. Ketika kami sampai di rumah Sasa ada seorang anak laki-laki yang kira-kira masih berumur 4 tahun.
“Sha,ini siapa?”tanyaku padanya
““Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya.
“Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”.
“Dasar pikun!” ejek Chaca padaku.
“Emangnya kamu inget tadi?” tanyaku pada Chaca.
“Nggak sih!” jawabnya malu.
 “Ye sama aja!”.
 “Biarin aja!”.
“Udah-udah jangan pada ribut terus.” Sasa keluar dari rumah membawa minuman.
“Eh nanti sore kalian mau nganterin aku ke mall nggak?” tanyanya pada kami berdua.
“Kalau aku jelas mau dong! Kalau Chaca tau!” jawabku tanpa pikir panjang.
“Ye kalau buat Sasa aja langsung mau, tapi kalau aku yang ajak susah banget.” ejek Chaca padaku.
“Maaf banget Sasa, aku nggak bisa aku ingin pergi ke rumah nenekku” jawabnya kepada Sasa
“Oh gitu ya! Ya udah Nurul nanti kamu kerumahku jam 4 sore yah”kata Sasa padaku.
“Ok deh!”jawabku cepat.
Saat yang ku tunggu sudah datang,setelah sudah mandi aku berpamitan kepada ibu dan berangkat ke rumah nenek Sasa,sesampai di rumah Sasa aku mengetuk pintu dan mengucapkan salam,ibu Sasa pun membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk
“Eh Nurul sini masuk dulu! Sasanya baru siap-siap.” kata beliau ramah.
“Iya tante!” jawabku sambil masuk kedalam rumah. 
Ibu Sasa tante Vivi memang sudah kenal padaku karena aku memang sering main kerumah Sasa.
“Sasa ini Nurul sudah datang” panggil tante Vivi kepada Sasa. “Iya ma bentar lagi” teriak Sasa dari kamarnya.
Setelah selesai siap-siap Bella keluar dari kamar, dan kami pun berpamitan kepada ibunya,dan kemudian kita berangkat,tidak lama kemudian kita sampai di tempat tujuan Kami naik ke lantai atas untuk mencari barang-barang yang diperlukan Sasa. Setelah selesai mencari-cari barang yang diperlukan Sasa kami pun memutuskan untuk langsung pulang kerumah. Sampai dirumah Sasa aku disuruh mampir oleh tante Vivi.
“Ayo Nurul mampir dulu pasti capek kan?” ajak tante Vivi padaku.
“Ya tante.” jawabku pada tante Vivi.
Setelah waktu kurasa sudah malam aku meminta ijin pulang. Sampai dirumah, aku langsung masuk kekamar untuk ganti baju. Setelah aku ganti baju aku makan malam.

“Kemana aja tadi sama Sasa?” tanya ibuku padaku.
“Dari jalan-jalan!” jawabku sambil melanjutkan makan. Selesai makan aku langsung menuju kekamar untuk tidur.
Keesokan harinya aku ke rumah Sasa untuk mengajaknya bermain bulu tangkis tetapi Sasa sudah mau berangkat ke Jakarta karena dia besok sudah sekolah. Dan dia memberiku sebuah kenang-kenangan sebuah kalung dan akhirnya Sasa berangkat ke Jakarta bersama keluarganya.
“Sasa,,kamu mau kemana?”tanyaku padanya
“aku sudah mau berangkat ke Jakarta?”jawabnya
“yah,kok kamu cepat banget pulangnya,baru saja aku mau ngajak kamu main bulu tangkis tapi kamu sudah mau pulang”jawabku dengan wajah sedih
“yah sudah nanti kalau libur aku akan ke Makassar lagi!!ini ada kalung  buat kamu sebagai kenang-kenangan”jawabnya dengan senyum
“terima kasih yahh,,dahh!!”jawabku dengan tersenyum
“dahh!!”
Walaupun sedikit kecewa aku tetap merasa beruntung memiliki sahabat seperti Sasa. Aku berharap persahabatan kami terus berjalan hingga nanti.






NILAI KEHIDUPAN DALAM CERPEN DAN NILAI KEHIDUPAN SEHARI - HARI

NILAI KEHIDUPAN DALAM CERPEN
NILAI KEHIDUPAN SEHARI - HARI


Caca dan Nurul mengira Sasa tidak kangen kepadanya dan dia ke Makassar hanya menjenguk neneknya.


Sebenarnya Sasa juga kangen kepada Caca dan Nurul Cuma dia juga ke Makassar untuk menjenguk neneknya.

“Sha,ini siapa?”tanyaku padanya
““Kamu lupa ya ini kan Dafa! Adikku.” jawabnya.
“Oh iya aku lupa! Sekarang udah besar ya.”.
“Dasar pikun!” ejek Chaca padaku.


Kadang kita tidak mengenal seseorang karena wajah nya berbeda dari yang dulu maka dari itu  Nurul tidak mengenal adik Sasa


Dia memberiku sebuah kenang-kenangan sebuah kalung dan akhirnya Sasa berangkat ke Jakarta bersama keluarganya


Seseorang akan  member sesuatu kepada sahabat atau yang lainnya sebagi kenang-kenangan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar